IMUNISASI
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah Suatu usaha pemberian kekebalan pada tubuh seseorang
dengan harapan agar dapat tercegah dari suatu penyakit tertentu. (Asuhan
Kesehatan Anak Dalam Kontek Keluarga, 1993; 47)
Memasukkan antigan atau kuman, bakteri, virus,
parasit, racun kuman kedalam tubuh sehingga tubuh membuat zat anti berbubah
menjadi anti bodi atau anti toksin untuk mencegah penyakit tertentu. (FKUI,
1998; 17)
2. Jenis Kekebalan
a. Imunisasi aktif
Adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk
menolak terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat
bertahan lama.
Adalah kekebalan yang diperoleh dimana tubuh tersebut
aktif membuat zat antibody sendiri.
Imunisasi aktif dapat dibagi dalam 2 jenis :
·
Kekebalan aktif
alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah
mengalami/sembuh dari suatu penyakit.
Adalah orang menjadi kebal setelah menderita
penyakitnya atau kekebalan yang timbul setelah sembuh dari penyakitnya
·
Kekebalan aktif
buatan
Adalah kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat
vaksin/imunisasi.
Adalah kekebalan yang diperoleh setelah orang mendapat
vaksinasi atau antigennya sengaja dimasukan ketubuh seseorang dengan maksud
merangsang pembentukan antibody.
Misalnya : seseorang menjadi kebal terhadap cacar setelah mendapatkan
vaksinasi cacar.
b. Imunisasi pasif
Adalah tubuh anak tidak membuat zat antibodi sendiri
tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar tubuh setelah
memperoleh zat penolak dimana prosesnya capat tetapi tidak tahan lama.Kekebalan yang diperoleh karena orang tersebut
telah mendapatkan antibody dari luar.
Imunisasi pasif dibagi dalam 2 jenis :
- Kekebalan pasif
alami (kongenital imunity)
Adalah kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari
ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama kira-kira hanya sekitar 5 bulan
setelah bayi lahir. Adalah kekebalan yang diperoleh bayi karena
mendapatkan zat antibody yang ditimbulkan dari ibunya ketika masih dalam
kandungan.
Macam kekebalan yang diturunkan antara lain :
Terhadap penyakit tetanus, thypus, diptheria,
pertusis, kekebalan ini bisanya berlangsung sampai umur 3 – 5 bulan, karena
saat ini makin berkurang, sedang ia sendiri tidak membuatnya.
-Kekebalan pasif buatan atau disengaja (artificially
indocend pasive immunity)
Kekebalan yang diperoleh seseorang karena orang itu
diberi zat anti dari luar, penberian zat dari luar dapat berupa pengobatan
maupun usaha pencegahan. Kekebalan ini diperoleh setelah mendapat suntikan zat
penolak.
3.Vaksin
a. Pengertian Vaksin
Adalah suatu
bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun kuman yang telah
dilemahkan atau dimatikan.
1) Contoh vaksin
yang dibuat dari kuman hidup yang dilemahkan : vaksin batuk rejan (DPT).
2) Contoh vaksin
yang terbuat dari kuman hidup yang dimatikan : vaksin campak, vaksin BCG.
3) Contoh vaksin
yang terbuat dari protein khusus kuman : vaksin hepatitis B.
4) Contoh vaksin
yang dibuat dari racun/toksin kuman yang dilemahkan (disebut pula toksoid) :
toksoid tetanus, toksoid difteri.
b. Komposisi Vaksin
Nama Vaksin
|
Kandungan
|
Bentuk
|
Cara Pemberian
|
Difteri
|
Toxoid
|
Cair
|
I.M
|
Tetanus
|
Toxoid
|
Cair
|
I.M
|
Pertusis
|
Kuman dimatikan
|
Cair
|
I.M
|
Polio
|
Virus dilemahkan
|
Cair
|
Oral
|
Campak
|
Virus dilemahkan
|
Cair
|
SC
|
BCG
|
Bakteri dilemahkan
|
Kristal
|
IC
|
Hepatitis B
|
HBSAg
|
Cair
|
I.M
|
c. Penyimpanan
Vaksin
Nama Vaksin
|
Waktu dalam suhu 0–8º C
|
Waktu dalam suhu 35-37 ºC
|
DT
|
3 – 7 hari
|
6 minggu
|
Pertusis
|
18 – 24 hari
|
Dibawah 50% & 1 minggu
|
BCG
~ Kristal
~ Cair
|
-
1 tahun
Di pakai satu kali kerja
|
Dibawah 20% 3-14 hari
Di pakai satu kali kerja
|
Campak
~ Kristal
~ Cair
|
2 kali
Di pakai satu kali kerja
|
1 minggu
Di pakai satu kali kerja
|
Polio
|
6 – 12 bulan
|
1 – 3 hari
|
d. Jenis-jenis Vaksin
1)
Vaksin BCG
a. Gunanya : Memberikan
kekebalan terhadap penyakit tubercolusis
b.Susunannya : Mengandung BCG (Bacillus
CalmetteGuering) yang masih hidup
c. Penyimpanannya : Dalam lemari es
pada suhu 2-8 oC
d. Kadaluwarsa : 1 tahun sesudah
pengeluaran yang dapat dilihat pada tabel
e. Dosis : Bayi kurang dari 1 tahun (biasanya diberikan secara
dini setelah lahir) 0,05 ml
f. Kemasan : Ampul dengan 4 ml bahan pelarut (NaCl Fodi) dosis
efektif per ampul 36 dosis
g.Cara pemberian : Intra cutan pada insersio
muskulusdeltoideus kanan, membersihkan lokasi suntik dengan kapas air
matang, jangan menggunakan kapas alkohol karena dapat merusak vaksin,
penyuntikan berhasil bila menimbulkan scar dengan garis tengah 3-7 mm
h.Kontra indikasi : Sakit kulit yang
berat dan luas
i. Efek samping : Lympadenitis
supurative dan osteo myelitis
2)
Vaksin DPT
(Diptheri, Pertusis, Tetanus)
a. Gunanya : Memberikan
kekebalan secara stimultan terhadap penyakit diptheri pertusis dan tetanus
b.Susunannya : Tiap ml
mengandung 40 IV diptheri 15 IV tetanus 49 yang telah dimurnikan
c. Penyimpanan : Dalam lemari es
pada suhu 2-8oC
d. Kadaluwarsa : 2 tahun setelah
tanggal pengeluaran
e. Dosis : 0,5 ml untuk
setiap suntikan dan diberikan 3 x interval 4 minggu
f. Kemasan : Flakon 5 ml
dosis efektif per flakon 8 dosis
g.Kontra indikasi :
h.Anak diatas usia 7 tahun
i. Panas tinggi diatas 38oC
j. Riwayat reaksi berat pada pemberian imunisasi DPT
sebelumnya
k.Cara pemberian : Intra musculer
di ⅓ paha bagian luar
l. Efek samping :
1) Yang mungkin
disebabkan oleh komponen pertusis berupa demam lebih dari 39oC
2) Bengkak lokal,
abses steril
3)
Vaksin TT
(Vaksin Serap Tetanus)
a. Gunanya : Memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus
b.Susunannya : Tiap ml
mengandung 20 IV toxoid tetanus, toxoid yang dimurnikan 3 mg, aluminium phospat
dan 0,1 mg mertiolet sebagai bahan pengawet
c. Penyimpanan : Dalam lemari es
pada suhu 2-8oC
d. Kadaluwarsa : 2 tahun sesudah
tanggal pengeluaran
e. Dosis : 0,5 ml untuk
tiap suntikan
f. Cara pemberian : Intra
muskuler/subcutan dalam
g.Kemasan : Flakon 5 ml
dosis efektif tiap flakon 8 dosis
h.Kontra indikasi : Tidak ada
i. Efek samping : Reaksi lokal
berupa kemerahan, bengkak dan rasa sakit pada tempat suntikan
4)
Vaksin DT
(Diptheri, Tetanus)
a. Gunanya : Memberikan
kekebalan secara stimultan terhadap penyakit diptheri dan tetanus
b.Susunannya : Tiap ml
mengandung 40 IV diptheri dan 15 IV tetanus toxoid yang telah dimurnikan
c. Penyimpanan : Dalam lemari es
pada suhu 2-8oC
d. Kadaluwarsa : 2 tahun sesudah
tanggal pengeluaran
e. Dosis : 0,5 untuk tiap
suntikan
f. Cara pemberian : Intra muskuler
g.Kemasan : Flakon 25 ml dan
isi efektif tiap flakon 40 dosis
h.Kontra indikasi : Tidak ada
i. Efek samping : Indikasi 3-4 %
dari anak yang menderita diptheri tetanus
j. Perhatian :
1) Vaksin DPT, TT,
DT jangan sampai beku dan menjadi rusak selamanya
2) Hangatkan vaksin
dengan tangan dan kocok dahulu untuk menghindari abses steril
5)
Vaksin Polio
Oral Tri Valen
a. Gunanya : Memberikan
kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis
b. Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran yang
masing–masing mengandung virus polio tipe I, II, III, yaitu :
1) Vaksin yang
mengandung virus polio tipe I, II, III, yang sudah dimatikan (vaksin salk),
cara pemberiannya dengan penyuntikan
2) Vaksin yang
mengandung virus polio tipe I, II, III, yang masih hidup tetapi telah
dilemahkan (vaksin sabin) cara pemberiannya melalui mulut dalam bentuk pil atau
cairan
c. Susunannya : Tiap 2 tetes
mengandung virus polio hidup yang dilemahkan
d.Kekebalan : Daya proteksi
polio sangat baik, yaitu sebesar 95 – 100 %
e. Penyimpanan : Dalam lemari es
pada suhu 2-8oC
f. Kadaluarsa : 2 tahun sesudah
tanggal pengeluaran
g. Dosis : 2 tetes setiap
kali pemberian
h. Cara
pemberian : Diteteskan
langsung ke dalam mulut. Bila anak sakit dosis tetap diberikan
i. Di Indonesia yang lazim diberikan ialah vaksin jenis
sabin. Kedua vaksin tersebut mempunyai kebaikan dan kekurangan. Kekebalan yang
diperoleh sama baiknya. Karena cara pemberiannya lebih mudah melalui mulut maka
lebih sering dipakai jenis sabin. Dibeberapa negara dikenalretravaccine yang mengandung
4 jenis vaksin, yaitu kombinasi DPT dan Polio dan cara pemberiannya dengan
suntikan.
Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersama dengan
BCG, vaksin hepatitis B dan DPT. Bagi bayi yang sedang menetek maka ASI dapat
diberikan seperti biasa karena ASI tidak berpengaruh terhadap vaksin polio.
Imunisasi ulangan diberikan bersama dengan imunisasi ulang DPT.
Masalah lain yang sering dipertanyakan adalah tentang
perlunya pemberian imunisasi ulang sendainya seorang anak pernah terjangkit
polio, hal itu masih perlu diberikan.
Alasannya adalah
mungkin anak yang menderita polio itu hanya terjangkit oleh virus polio tipes,
artinya bila penyakitnya telah sembuh, ia mempunyai kekebalan terhadap virus
polio tipe I, tetapi mempunyai kekebalan terhadap jenis virus polio tipe II dan
III, karena itu virus tersebut perlu diberikan imunisasi ulang polio
1. Kemasan : Vial dosis 10
disertai 1 buah pipet dan vial 20 dosis disertai 1 buah pipet
2. Reaksi : Biasanya tidak
ada, mungkin pada bayi akan terdapat bercak – bercak ringan
3. Kontra
indikasi : Pada anak dengan
diare berat atau yang sedang sakit parah. Sebaiknya imunisasi polio
ditangguhkan. Demikian pula anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan (deficienci
imun) tidak diberikan imunisasi polio. Alasan untuk tidak memberiakn vaksin
polio pada keadaan diare berat ialah kemungkinan terjadinya diare yang lebih
parah. Pada anak batuk, pilek, demam, atau diare ringan, imunisasi polio dapat
diberikan seperti biasa.
4. Efek
samping :
a. Kelumpuhan
anggota gerak karena mendapat imunisasi seperti pada penyakit polio
sebenarnya
b. Tertular kasus
polio dewasa walaupun telah diberi imunisasi
c. Kejang-kejang
6)
Vaksin hepatitis
B
a. Gunanya : Memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis
b.Penyimpanan : Dalam lemari es
pada suhu 2-8oC
c. Kadaluwarsa : 2 tahun sesudah
tanggal pengeluaran
d. Dosis : 0,5 ml untuk
tiap penyuntikan
e. Cara
pemberian : Intra musculer
f. Kemasan : Berbeda untuk
tiap pabrik
g.Kontra
indikasi : Tidak ada
h.Efek
samping : Umumnya tidak
ada
e.Syarat Pemberian
Vaksin
1. Pada bayi atau
anak yang sehat.
2. Pada bayi yang
sedang sakit keras, dalam masa tunas suatu penyakit dan defisiensi imunologi.
3. Vaksin harus
baik, disimpan dalam lemari es dan belum lewat masa berlakunya.
4. Pemberian
imunisasi dengan teknik yang tepat.
5. Mengetahui
jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang didapat.
6. Meneliti jenis
vaksin yang akan diberikan.
7. Memperlihatkan
dosis yang akan diberikan.
Misalnya : seseorang yang luka karena menginjak paku,
karena takut menderita tetanus, maka ia disuntik ATS sebagai usaha pencegahan.
4. Jadwal Pemberian Imunisasi
1) Secara umum
Vaksin
|
Pemberian
|
Selang waktu pemberian
imunisasi
|
Umur
|
BCG
DPT
Campak
Polio
TT Bumil
DT
TT
TT CPW
Hepatitis B
|
1 x
3 x
1 x
4 x
2 x
2 x
2 x
2 x
3 x
|
-
4 minggu
-
4 minggu
4 minggu
4 minggu
4 minggu
4 minggu
1 bulan dan 5 bulan
|
0 – 11 bulan
2 – 11 bulan
9 – 11 bulan
0 – 11 bulan
Selama hamil
SD kelas 1
SD kelas VI
Wanita pra nikah
0 – 11 bulan
|
2) Untuk bayi
Vaksin
|
Pemberian
|
Interval
|
Umur
|
BCG 0,05 cc
|
1 kali
|
-
|
0-11 bulan
|
DPT 0,5 cc
|
3 kali
|
4 minggu
|
2-11 bulan
|
POLIO 2 Tetes
|
4 kali
|
4 minggu
|
0-11 bulan
|
CAMPAK 0,5 cc
|
1 kali
|
-
|
9-11 bulan
|
HEPATITIS B 0,5 cc
|
3 kali
|
1 bulan
5 bulan
|
0-11 bulan
|
3) Jadwal pemberian
imunisasi bayi yang lahir di rumah sakit
Umur
|
Antigen
|
0 bulan
|
HB1 BCG POLIO1
|
2 bulan
|
HB2 DPT1 POLIO2
|
3 bulan
|
DPT2 POLIO3
|
4 bulan
|
DPT3 POLIO4
|
9 bulan
|
HB3 CAMPAK
|
4) Jadwal pemberian
imunisasi bagi bayi yang lahir di rumah
Umur
|
Antigen
|
2 bulan
|
BCG DPT1 POLIO
1
|
3 bulan
|
HB1 DPT2 POLIO
2
|
4 bulan
|
HB2 DPT3 POLIO
3
|
9 bulan
|
HB3 CAMPAK POLIO
4
|